Pengoperasian Alat Waterpass
Langkah-langkah Untuk Mengambil Pembacaan Sebuah Waterpass
b. Profil melintang
Waterpass harus disetel
sebelum memulai operasi sifat datar. Setelah alat disetel, operasi waterpass
terdiri dari memasang, mendatarkan, dan melakukan pembacaan sampai ketepatan
tertentu. Pembacaan terdiri dari penentuan posisi dimana salib sumbu tampak
memotong rambu ukur dan mencatat hasil pembacaan tersebut. Tiap alat yang dipasang memerlukan satu pembacaan bidik
belakang untuk menetapkan tinggi alat dan paling sedikit satu pembacaan bidik
muka untuk menentukan elevasi titik di sebelah muka (sebuah titik stasiun atau
elevasi). Pembacaan halus biasanya sampai 0,01 ft kecuali digunakan target
pada rambu ukur. Target tunggal yang dibaca dapat menimbulkan kesalahan tak
sengaja. Tambahan bidik muka dapat dilakukan terhadap titik-titik lain yang
dsapat dilihat dari tempat alat dipasang apabila elevasi titik-titiki ini juga
diperlukan. Tergantung pada tipe survei dan alat yang dipakai, baik benang
tengah, semua ketiga benang salib sumbu, atau cara dengan mikrometer dapat
digunakan untuk melakukan pembacaan. (Wirshing,
1995).
1. Waterpass dipasang dan didatarkan
2. Teropong diarahkan sedemikian rupa
sehingga benang vertikal berimpit dengan salah satu sisi rambu ukur dan alat
dikunci.
3. Lensa objektif difokuskan dan paralaks
dihapus.
4. Gelembung nivo diperiksa, digeser ke
tengah dan disetel kalau perlu.
5. Rambu ukur dibaca dan hasilnya dicatat.
6. Gelembung nivo diperiksa lagi apakah masih
tetap di tengah-tengah. Apabila gelembung tergeser dari tengah-tangah, ia harus
diketengahkan lagi dan pembacaan diulangi.
7. Setelah pemegang alat merasa puas bahwa
gelembung tetap di tengah-tengah ketika pembacaan dilakukan, selisih pembacaan
antara benang atas dan benang bawah dibaca untuk mengukur jarak dari waterpass
sampai mistar ukur. Jarak ini dipakai untuk menyeimbangkan jarak bidik muka dan
bidik belakang dan cukup dibaca sampai ketelitian sentimeter terdekat.
8. Pemegang alat memberi tanda kepada
pemegang rambu ukur untuk maju ke posisi berikutnya.
9. Kunci teropong dibuka, teropong diputar,
diarahkan ke posisi rambu ukur berikutnya dan difokuskan. Paralaks dihapus,
posisi gelembung nivo diperiksa apakah masih di tengah-tengah, ramb u ukur
dibaca, dan posisi gelembung nivo diperiksa ulang.
10. Tahapan-tahapan ini diulangi sampai jumlah
bidik muka yang diinginkan diambil dan sebuah titik stasiun ditetapkan. Jarak
rambu ukur pada titiki stasiun diukur dan dicatat. Pemegang rambu ukur kemudian
mengambil posisi di atas stasiun.
11. Waterpass dipindahkan ke posisi pemasangan
berikutnya dan prosedur ini diulangi. (Wirshing, 1995
Prinsip pengukuran Beda Tinggi |
Penghitungan beda tinggi
antara dua titik yang diukur dengan waterpass dapat dihitung dengan rumus
ΔH = BTB – BTM
Keterangan :
BTB : Benang tengah
belakang
BTM : Benang tengah
muka
Istilah-istilah :
-
1
slag adalah satu kali alat berdiri untuk mengukur rambu muka dan rambu
belakang.
- 1
seksi adalah suatu jalur pengukuran sepanjang ± 1-2 km yang terbagi dalam slag
yang genap dan diukur pulang pergi dalam waktu satu hari.
(Nurjati,
2004 ).
Sipat Datar Profil
Sipat datar profil bertujuan
untuk menentukan bentuk permukaan tanah atau tinggi rendahnya permukaan tanah
sepanjang jalur pengukuran, baik secara memanjang maupun melintang.
Pengukuran profil dimaksudkan
untuk mendapatkan gambaran tinggi rendahnya permukaan tanah sepanjang jalur
pengukuran, yaitu dengan mengukura ketinggian dari masing-masing titik. Hasil pengukuran ini merupakan informasi
untuk perencanaan jalan raya, jalan kereta api, irigasi jalur pipa dan
lain-lain, seperti dalam:
1. Menentukan gradien yang cocok untuk
pekerjaan konstruksi.
2. Menghitung volume pekerjaan.
3. Menghitung volume galian dan timbunan yang
perlu disiapkan.
Pengukuran Sipat Datar Profil dibagi menjadi dua
pekerjaan yaitu sipat datar profil memanjang dan sipat datar profil melintang
sedangkan pada tahap penggambaran, biasanya dilakukan penggambaran situasi
sepanjang jalur pengukuran sipat datar profil memanjang maupun melintang dengan
skala yang berbeda agar kondisi tanah secara vertikal akan lebih jelas
terlihat. (Nurjati, 2004).
a. Profil Memanjang
Pelaksanaan pengukuran Sipat
datar profil memanjang tidak jauh berbeda dengan sipat datar memanjang, yaitu
melalui jalur pengukuran yang nantinya merupakan titik ikat bagi sipat datar
profil melintangnya, sehingga mempunyai ketentuan sebagai berikut :
- Pengukuran harus dilakukan sepanjang garis tenah (as) jalur pengukuran dan dilakukan pengukuran pada setiap perubahan yang terdapat pada permukaan tanah.
- Data ukuran jarak dengan pita ukur dan dicek dengan jarak optis.
Cara Pengukuran :
Alat dia atas titik
Alat dia atas titik
Profil Memanjang Alat di Atas Titik |
i.
Tempatkan
alat sipat datar diatas patok (A).
ii.
Lakukan
centering, sehingga alat tepat di
atas titik A.
iii.
Gelembung
nivo ketengahkan dengan 3 skrup klap.
iv.
Ukur
tinggi alat diatas patok.
v.
Bidik
rambu pada titik 1 kemudian baca BA, BT dan BB.
vi.
Hitung
d (jarak) dari alat ke rambu, d=(BA-BB).100
vii. Lakukan
hal yang sama (v, vi, vii) pada setiap titik relief (ii, iii, dst) ini pada
seksi AB, untuk pengukuran pada seksi BC, maka alat isa dipindahkan pada titik
B.
viii.
Lakukan
urut-urutan dari nomor i s/d vii.
ix.
Hitungan
: H1 = HA+∆HA1
H2
= HA+∆HA2
Hn = HA+∆HAn (Nurjati, 2004 )
b. Profil melintang
Pelaksanaan pengukuran sipat
datar profil melintang dilakukan setelah pengukuran sipat datar profil
memanjang, jarak antar potongan melintang dibuat sama, sedangkan pengukuran
kearah samping kiri dan kanan as jalur memanjang lebarnya dapat ditentukan
sesuai perencanaan dengan pita ukur misalnya pada jalan raya, potongan
melintang dibuat dari tepi yang satu ke tepi yang lain. Arah potongan melintang
tegak lurus dengan as, kecuali pada titik tikungan (contoh pada titik B) maka
potongan diusahakan membagi sudut terseut sama besar atau bila perlu dibuatkan
2 buah potongan melintang yang masing-masing tegak lurus pada arah datang dan
arah belokan selanjutnya.
Arah potongan melintang |
Cara Pengukuran :
Alat di Atas Titik
i.
Tempatkan
alat di atas titik A.
ii.
Lakukan
centering.
iii.
Gelembung
nivo ketengahkan dengan 3 skrup klap.
iv.
Ukur
tinggi alat diatas patok.
v.
Bidik
rambu diatas titik 1. Baca BA, BT dan BB.
vi.
Hitung
jarak optis dari alat ke rambu 1, d =(BA-BB).100
vii.
Lakukan
hal yang sama (v,vi,vii) pada titik-titik 2, 3, 4 dan seterusnya sebagai
titik-titik relief.
viii. Demikian juga point 1 s/d 8 dilakukan pada
setiap potongan melintang.
(Nurjati, 2004 ).
0 comments:
Post a Comment